Pertanian di Indonesia memang memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah, khususnya Kementrian Pertanian. Jangan sampai para pahlawan pangan ini kurang sekali perhatiannya, jangan sampai para petani ini keberatan dalm membeli pupuk. Dan masih banyak lainnya perhatian yang dibutuhkan oleh para petani ini.
Saat berkunjung ke Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, akhir Januari 2015, Presiden Joko Widodo menyatakan rencana pemerintahannya menyetop segala jenis impor bahan pangan. Tidak hanya impor beras, tapi juga gula dan kedelai.
Rencana presiden menyetop impor kedelai ternyata baru sebatas keinginan. Sebab, tingginya tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai menjadi hambatan utama. Produksi kedelai lokal tahun ini diprediksi hanya 700.000 ton. Sementara kebutuhan kedelai dalam negeri jauh lebih besar, mencapai 2,5-2,6 juta ton per tahun.
Karena itu pemerintah masih 'kecut' melakukan moratorium impor kedelai. "Moratorium kedelai impor Amerika, berat," kata Direktur Bidang Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian Muhrizal Sarwani dalam diskusi 'Pangan Kita' yang digelar merdeka.com, RRI, DPD dan IJTI di Jakarta Pusat, Senin (11/5).
Keran impor kedelai sudah lama berlangsung. Umumnya didatangkan dari Amerika. Ini membuat pemerintah berhati-hati membatasi impor kedelai.
Perbedaan harga antara kedelai impor dan kedelai lokal juga menjadi masalah utama belum siapnya pemerintah menyetop impor kedelai. "Cuma Rp 7.000 per kg bila sudah dijual di Indonesia," ujarnya.
Faktor kebutuhan masyarakat Indonesia yang tak bisa lepas dari makanan berbahan dasar kedelai, seperti tahu dan tempe, menjadi pertimbangan. Tengok saja saat terjadi krisis kedelai tahun lalu. Harga tempe dan tahu melonjak drastis karena kelangkaan kedelai.
"Bisa teriak-teriak nanti masyarakat," terangnya. Dengan adanya stop impor dari dalam negeri, otomatis Hasil petani dalam negeri bisa dinikmati oleh orang dlam negeri juga. Jangan sampai hasil petani luar negeri dinikmati oleh dalam negeri, kan aneh. Orang kita aja punya petani.
Sumber : Merdeka.com
Stop impor, perdayagunakan petani dalam negeri. impor jika mutu dalam negeri hancur. hehehehe
BalasHapusIya mba, kasihan para petani ini, hidupnya terkatung-katung.
HapusIya mba, kasihan para petani ini, hidupnya terkatung-katung.
Hapus