Strategi Peningkatan Pendapatan Bagi Petani Kecil Di Desa

Strategi Peningkatan Pendapatan Bagi Petani Kecil Di Desa - Sektor di bidang Pertanian merupakan proses memanen energi matahari yang diubah menjadi energi kimia melalui perantara tumbuhan, dimana hasilnya akan dimanfaatkan maupun diolah oleh makhluk hidup lainnya sebagai sumber energi dan kebutuhan hidup manusia. Di mata sebagian masyarakat, pertanian masih dianggap hanya sebatas menanam dan mencangkul di sawah saja. Padahal, pertanian secara luas juga mencakup bidang perikanan, kehutanan, peternakan dan pengolahan pasca panen. Setiap bidang pertanian tersebut sangat bermanfaat bagi kebutuhan manusia, khusunya untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan, dan pangan. Bukan hanya itu, apabila masyarakat khususnya anak muda zaman sekarang disodorkan kata ‘pertanian’, yang langsung terlintas pada benak mereka yaitu pedesaan yang terbelakang, bergelut dengan tanah dan lumpur, masyarakat yang kurang berpendidikan, dan kemiskinan. Anggapan tersebut seolah – olah pertanian merupakan kegiatan yang terpinggirkan, dan penggiatnya tidak bisa menjadi kaya. Hal ini merupakan anggapan yang salah!. Pemerintah dan masyarakat harus segera berperan untuk merubah anggapan yang salah tersebut agar lebih meningkatkan kesejahteraan para petani.

Peningkatan kesejahteraan petani ini perlu dilakukan oleh pemerintah dengan andil dari masyarakat terutama pada peningkatan pendapatan petani kecil yang sering disebut petani gurem. Petani gurem biasanya hanya memiliki lahan kurang dari 5 hektare dimana mereka harus berhadapan dengan konglomerat penggiat pertanian yang rata – rata memiliki lahan ratusan hektare yang sebagian besar dari mereka berasal dari negara lain. Petani gurem juga harus dipaksa untuk bertarung dengan produk – produk impor pertanian yang semakin diminati masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian gurem sebanyak 14,25 juta. Sebagian besar dari para pekerja di sektor pertanian gurem hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut Pengamat Pertanian, Khudori bahwa rata – rata pendapatan petani yaitu 12 juta rupiah per tahun atau 1 juta rupiah perbulan yang termasuk kategori dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Inilah alasan para petani di Indonesia lebih senang menjual atau menyewakan lahan garapannya untuk industri. Melihat fakta bahwa begitu suburnya tanah Indonesia dan didukung dengan letak geografis Indonesia yang memadai dalam pengembangan sektor pertanian, barang tentu menjadi pemandangan yang miris ketika melihat petani kita terutama petani gurem yang masih terbelenggu dalam kemiskinan. Apabila permasalahan kesejahteraan petani ini belum juga dapat diatasi, Indonesia harus bersiap kehilangan sumberdaya manusia di bidang pertanian yang berimbas pada permaslahan pangan. Oleh karena itu, peningkatan kesejahteraan petani terutama petani gurem atau petani kecil sangat perlu ditingkatkan terutama dalam peningkatan pendapatan.

Peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian perlu dilakukan mulai dari segi budidaya pertanian, teknologi pertanaian, maupun produk – produk hasil pertanian secara luas sebagai salah satu strategi peningkatan pendapatan petani kecil di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan kualitas dalam budidaya pertanian salah satunya dapat dilakukan dengan memilih dan menggunakan benih tanaman unggul yang banyak dikembangkan oleh universitas maupun institusi – institusi pemerintah maupun swasta. Dengan menggunakan benih unggul, petani dapat meningkatkan produksi dan kualitas pertanian setiap hektare-nya. Peningkatan produktivitas dan kualitas budidaya pertanian tersebut juga harus didukung dengan teknologi pertanian untuk memudahkan dalam proses kegiatan pertanian. Contohnya dengan penggunaan mesin untuk memudahkan dalam penggemburan lahan pertanian yang akan digunakan. Setelah melakukan budidaya pertanian yang ditopang dengan teknologi dalam pelaksanaannya, ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan oleh petani. Kemungkinan yang pertama adalah langsung menjualnya ke tengkulak maupun langsung menjual ke pasaran. Setelah meningkatkan produktivitas pertanian tentunya kuantitas hasil pertanian juga akan meningkat sehingga pendapatan petani juga meningkat, apalagi ditambah dengan meningkatnya kualitas hasil pertanian tersebut. Kemungkinan kedua yang dapat dilakukan oleh petani adalah meningkatkan added value atau nilai tambah hasil pertanian, dengan cara mengolahnya sehingga menjadi sebuah produk – produk hasil pertanian yang berkualitas. Sayuran semacam bayam akan bertambah nilai jualnya di pasaran jika diolah menjadi juice, puding, kue, keripik maupun produk olahan lainnya yang dapat meningkatkan permintaan dari pasaran.

Strategi peningkatan pendapatan petani tersebut harus dilakukan dan dikembangkan oleh pemerintah pada khususnya dengan dibantu peran aktif dari masyarakat maupun petani sendiri. Wujud nyata pemerintah dalam melaksanakan strategi tersebut dapat dilakukan dengan meberikan bantuan benih unggul kepada petani secara berkala dan terstruktur dengan didukung bantuan teknologi pengolahan lahan, maupun pengolahan pertanian dan tambahan lahan kepada petani maupun kelompok usaha tani. 

Dengan adanya bantuan tersebut produktivitas pertanian mereka dapat meningkat sehingga mereka dapat mnejadi petani yang mandiri dan berkecukupan. Strategi selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan nilai tambah hasil pertanian, yaitu dengan membentuk koperasi di setiap desa yang dapat membantu petani dalam memperoleh modal dan wadah dalam usaha peningkatan nilai tambah hasil pertanian yang sudah mereka budidayakan. Selanjutnya, pemerintah dapat memberikan peluang pasar untuk mendistribusikan produk – produk hasil olahan mereka dengan mengurangi impor olahan pangan, dan membantu dalam promosi dan distribusi produk – produk tersebut. Dua hal terakhir yaitu distribusi dan promosi bukanlah perkara yang susah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani kecil lokal

Wujud nyata pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pendapatan petani kecil memang perlu ada dukungan dari masyarakat, khususnya yaitu para akademisi yang menggeluti bidang pertanian. Melalui penyuluhan – penyuluhan pertanian kepada petani mengenai pentingnya peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian yang difasilitasi oleh pemerintah, disertai dengan penyuluhan mengenai peran pertanian dalam menjaga stabilitas pangan. Melalui penyuluhan – penyuluhan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kepekaan petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertaniannya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Inovasi – inovasi dari akademisi tersebut juga sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pertanian mereka.

Membahas mengenai akademisi dan masyrakat, peran sumber daya manusia unggul terutama akademisi yang menggeluti bidang pertanian sebagai jembatan antara pemerintah dengan petani memang dibutuhkan. Terlebih ketika Indonesia akan menyambut bonus demografi antara tahun 2020 – 2030, dimana jumlah penduduk usia produktif jauh diatas jumlah penduduk usia non-produktif yang dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai momen awal kebangkitan dibidang pertanian melalui peran – peran akademisi pada usia produktif-nya.

Peran pemerintah dan masyarakat khusunya akademisi dalam pelaksanaan strategi peningkatan produktivitas budidaya pertanian, teknologi pertanian dan produk – produk hasil pertanian, bertujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani terutama petani kecil. Ditambah dengan dorongan motivasi dari petani itu sendiri untuk dapat sejahtera dan mandiri dalam kehidupan mereka. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan petani sendiri dalam pelaksanaan strategi tersebut, ditambah dengan momen bonus demografi dan dukungan faktor alam wilayah Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan dan menguatkan sektor pertanian Indonesia.